Didapatkan dari berbagai macam tumbuhan dan susu, namun ebagian besar AHA yang digunakan untuk kebutuhan kosmetik didapatkan secara sintetis dari fermentasi bakteri atau jamur. Dikenal sebagi exfoliating agent, AHA dalam konsentrasi rendah (<3%) berfungsi sebagai water binding property atau humectant. Sedangkan, AHA berfungsi sebagai exfoliant pada konsentrasi lebih dari 4% dengan level pH 3 hingga 4.
Pada usia muda, proses regenerasi dan eksfoliasi sel kulit mati secara alami berlangsung dengan teratur dan cepat. Namun seiring bertambahnya usia, paparan sinar matahari, dan masalah kulit lainnya dapat mengurangi efektivitas proses tersebut. Hal ini berbuah pada kulit yang kusam, berjerawat, bertekstur, dan terlihat tidak sehat.
AHA bekerja di lapisan atas kulit, dengan cara melepaskan ikatan antara sel kulit mati yang melekat pada sel kulit baru yang ada dibawahnya. Hasil penggunaan AHA adalah kulit yang lebih cerah, tekstur dan penuaan yang tersamarkan, plumped, dan warna kulit yang lebih merata. AHA dapat berupa glycolic acid, lactic acid, tartaric acid, mandelic acid, dan citric acid.
AHA tidak memerlukan waktu yang lama dalam memberikan efek yang signifikan pada kulit. Hasil proses ekfoliasi yang dilakukan AHA dapat dilihat sejak pertama kali digunakan. Terutama glycolic acid, karena molekulnya lebih kecil sehingga lebih mudah terpenetrasi ke dalam kulit.
Sebagian orang memiliki sensitivitas tinggi terhadap bahan ini, bahkan mengalami iritasi dan inflamasi. Sebagian lainnya tidak masalah dengan penggunaan AHA sekalipun dalam konnsentrasi tinggi (10%). AHA sebagai exfoliant berada di milder side of exfoliant, cenderung lebih lembut karena hanya bekerja di permukaan. AHA banyak diformulasikan dalam produk toner, serum, facial cleanser, dan moisturizer.